Tuesday, September 15, 2009

Tidak Suka, Buang!

Sejak kecil kita terbiasa menyimpan barang yang kita sukai dan membuang yang tidak kita sukai. Pernikahan melibatkan dua individu dengan pola pikir dan gaya hidup yang berbeda.

Tidak bisa tidak, ada pola pikir suami yang kita sukai tetapi pasti ada pula gaya hidup istri yang tidak kita sukai. Masalahnya adalah, pasangan hidup kita bukanlah mainan atau pakaian yang dapat kita campakkan tatkala kita tidak menyukainya lagi. Kita tetap harus makan bersamanya, tidur bersamanya, dan hidup bersamanya walaupun ada hal-hal tentang dirinya yang tidak kita sukai.

Pernikahan memaksa kita melawan sifat kodrati kita yang cenderung membuang barang yang tidak kita sukai dan hanya menyimpan barang yang kita sukai. Segala sesuatu yang bertentangan dengan kodrat manusiawi tidaklah mudah untuk kita tundukkan.

Di dalam dunia tidak ada yang kekal namun di tengah-tengah ketidakkekalan ini, ada sesuatu yang Tuhan tetapkan menjadi lambang kekekalan, yaitu: PERNIKAHAN. Itu sebabnya Tuhan berfirman, “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Mat.19:6).

PERNIKAHAN MEMBUTUHKAN KOMITMEN
Pernikahan menuntut komitmen—kesetiaan pada janji untuk mengarungi hidup bersama. komitmen bukan saja merupakan palang yang menghalangi kita keluar dari pernikahan, tetapi juga pagar yang mencegah kita agar tidak merusak pernikahan kita.


Dalam Mat 19:5 tertulis, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.”

Kesatuan suami-istri digambarkan sebagai suatu kesatuan yang permanen dan tidak dapat diuraikan kembali (irreversible), bak larutan air dan sirup yang telah menyatu.

Ingat, komitmen pernikahan bukan hanya komitmen untuk tidak bercerai, tetapi juga untuk menyatukan dan memelihara kesatuan itu.

Firman Tuhan menegaskan prinsip ini melalui pena Paulus kepada Jemaat di Efesus, “Siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.” (5:28-29).

Komitmen pernikahan berlawanan dengan kodrat manusiawi kita yang telah tercemar dosa, yakni membuang yang tidak kita sukai atau yang tidak berguna bagi kita lagi. Komitmen pernikahan meminta kita untuk merawat dan mengasuh hubungan kasih ini agar terus menyatu sampai kekekalan. (NN)

No comments: